Selamat datang di Kuil Goa Gajah atau Kuil Gua Gajah yang terletak di sisi barat pedesaan, Kecamatan Blah Batuh dan Kabupaten Gianyar. Ini berjarak sekitar 27 km dari kota Denpasar. Gua ini dibangun di tepi jurang dari persatuan 2 anak sungai yang disebut Sungai Pangkung, tempat irigasi bercampur dengan aliran Sungai Petanu. Wilayah persatuan kedua sungai disebut Campuhan. Kuil ini memiliki energi magis berdasarkan Konsep Rwabineda / dua hal yang berbeda dalam konsep dasar ini sehingga Kuil Goa Gajah atau Kuil Gua Gajah sengaja dibangun di antara dua sungai.
Kata Goa Gajah diyakini berasal dari kata Lwa Gajah, nama Kuil Buddha atau pertapaan untuk biksu Buddha. Nama Goa Gajah tertulis dalam papyrus Negara Kertagama yang disusun oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 M. Lwa atau Lwah / Loh berarti sungai dan mencerminkan arti bahwa pertapaan ini terletak di Sungai Gajah atau di Air Gajah. Dalam tembaga tahun 944 Saka, disebutkan dengan nama 'ser ring Air Gajah' yang berarti pemimpin Subak di Air Gajah. Kata tersebut menyebutkan bahwa pertapaan Lwa Gajah terletak di Subak Air Gajah. Di kalangan penduduk setempat, Kuil Goa Gajah lebih dikenal sebagai Kuil Gua, terletak di barat Desa Bedahulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Ini berjarak sekitar 27 km ke timur Denpasar. Mengunjungi kuil ini dapat dilakukan dengan mudah karena hanya beberapa langkah di bawah jalan menuju desa Tampaksiring. Memang kuil ini dibangun di lembah Sungai Petanu dengan panorama alam yang indah.
Letak Geografis Kuil Goa Gajah
* Di bagian utara kuil, terletak Gua Alami yang dipahat dalam bentuk huruf 'T'. Di dalam gua ini terdapat patung Ganesha yang dianggap sebagai dewa ilmu pengetahuan. Selain itu, di lokasi tersebut juga dapat ditemui beberapa fragmen patung dan Trilangga yang dikelilingi oleh delapan alat kelamin kecil.
* Di dinding gua, terdapat alur pertapaan dan wajah Gua dihias dengan ukiran yang menggambarkan hutan beserta isinya. Begitu juga, terdapat sebuah prasasti pendek yang berisi "Kumon" dan "Sahywangsa", yang menurut jenis hurufnya diyakini berasal dari abad sebelas Masehi. Sementara di barat gua, terdapat bangunan yang menyimpan patung yang bersila di dalamnya, dan patung Ganesha serta Men Brayut. Yang terakhir dalam mitologi Buddha dikenal sebagai Hariti, penyelamat anak-anak.
* Di depan gua, selain patung penjaga, juga terdapat fragmen bangunan yang asal-usulnya tidak diketahui seperti fragmen bangunan yang sekarang dikumpulkan di halaman kuil yang terletak di barat kolam mandi. Patung air mancur yang telah berfungsi kembali di kolam mandi suci dibagi menjadi tiga bagian dan dari segi gayanya, mereka mungkin berasal dari abad kesebelas Masehi. Sayangnya, patung air mancur yang terletak di tengah kolam, belum ditemukan hingga saat ini.
Di Kuil Goa Gajah terdapat dua patung Buddha, salah satunya tanpa kepala sedangkan yang lainnya masih cukup baik dengan gaya Jawa Tengah. Di sisi utara patung ini tampaknya tetap menempel pada tebing, di mana kaki kuil tebing itu sudah lama jatuh ke sungai. Di sisi kecil ini dapat ditemukan relief tiga cabang stupa dan reruntuhan kuil tebing yang memiliki ukiran indah.
Berdasarkan temuan arkeologi seperti yang disebutkan di atas, dapat diketahui bahwa Kuil Goa Gajah berasal dari abad kesembilan hingga kesebelas Masehi. Di masa lalu, kuil ini berfungsi sebagai biara biksu Buddha dan imam Shivite. Konservatisme ini juga menunjukkan penyatuan Buddha dan Shiva berjalan dengan baik. Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Kuil Goa Gajah diharuskan mengenakan selendang atau sarung karena selain berfungsi sebagai objek arkeologi, kuil ini juga merupakan tempat suci. Sarung dan selendang tersedia di lokasi.
0/5