HUTAN MONYET SANGGEH

Desa Penglipuran yang terletak sekitar 6 kilometer dari kota terdekat Bangli atau 1 kilometer dari desa Kubu memiliki populasi 700 jiwa menurut sensus terakhir tahun 1999 dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 192. Desa Penglipuran adalah desa tradisional yang memiliki karakteristik sendiri, terletak di kecamatan Kubu- sub kecamatan Kubu dan kabupaten Bangli. Keindahan desa dan kegiatan sekitarnya membuat desa Penglipuran menjadi desa yang masih terjaga dari era modernisasi. Udara segar di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut memberikan kenyamanan bagi penduduk desa dan pengunjung.

Desa Penglipuran dikelilingi oleh Desa Khayan, Desa Gunaksa, Desa Kubu, dan Desa Ceking. Desa ini terdiri dari satu desa dan beberapa desa kecil, sehingga secara administratif sangat mudah diatur. Jumlah desa dan desa kecil tersebut sama. Menurut mitos nenek moyang dari Desa Penglipuran, nama desa berasal dari "Pengeling Pura" (ingat dengan pura), yang artinya mengingat nenek moyang. Mitos ini terkait dengan pergerakan nenek moyang mereka dari desa Bayung Gede di Wilayah Kintamani ke Desa Penglipuran. 

Untuk menghormati nenek moyang mereka di Bayung Gede, itulah mengapa di Desa Penglipuran juga dibangun jenis pura yang sama seperti: Pura Bale Agung, Pura Puseh, Pura Dalem, dan Pura Dukuh. Keempat pura ini masih dihormati oleh penduduk desa sampai sekarang. Rasa memiliki dan menghormati nenek moyang adalah makna dari empat pura yang mereka bangun.

Monumen Pahlawan Penglipuran

Peninggalan ini terletak di bagian selatan Desa Penglipuran dengan luas area 1,5 hektar dengan gaya Bali. Aula Curayudha-nya digunakan untuk berbagai acara, dilengkapi dengan area parkir. Monumen ini dibangun tahun 1959, didedikasikan untuk perang revolusi di Bangli yang dipimpin oleh kapten Anak Agung Mudita dengan pasukannya. Monumen bertujuan untuk mengingatkan orang akan perjuangan Kapten Anak Agung Anom Muditha dan pasukannya yang gugur dalam menghadapi NICA (Belanda).