Pura Besakih adalah candi Hindu terbesar di Bali yang penduduk lokal menyebutnya Pura Besakih. Tempat ini memiliki pemandangan yang indah dari atas area candi di mana kita bisa melihat panorama alam yang luas hingga ke samudera sehingga cara ini candi ini banyak dikunjungi oleh wisatawan dari seluruh dunia. Pura Besakih terletak di desa Besakih, kecamatan Rendang, kabupaten Karangasem, bagian timur pulau. Tempat ini terletak di sisi barat daya lereng gunung Agung, gunung terbesar di Bali. Hal ini karena sesuai dengan keyakinan Gunung Agung adalah gunung yang paling suci dan tertinggi di Pulau Bali.
Candi “mother temple” Bali, Pura Besakih, berada lebih dari 900 meter di lereng Gunung Agung. Tempat ini telah dianggap sebagai tempat suci sejak zaman prasejarah di Bali. Catatan tertulis pertama tentang keberadaannya berasal dari prasasti yang berasal dari tahun 1007 Masehi. Sejak dinasti Gelgel pada abad kelima belas, tempat ini dianggap sebagai candi pusat dan suci bagi seluruh pulau.
Semua aliansi masyarakat Bali berkumpul di Besakih. Setiap kabupaten memiliki candinya sendiri di dalam kompleks secara keseluruhan, begitu juga setiap kelompok kasta. Ada total 18 tempat suci terpisah. Tiga candi utama adalah : Pura Penataran Agung, didedikasikan untuk Sang Hyang Widi Wasa; Pura Kiduling Kreteg, didedikasikan untuk Brahma; dan Pura Batu Madeg, didedikasikan untuk Wisnu.
Bagi masyarakat Bali, mengunjungi tempat suci di Pura Besakih adalah sebuah ziarah khusus. Setiap candi memiliki upacara odalan sendiri, dan pada saat purnama bulan Bali “Kedasa” keseluruhan kompleks Besakih merayakan kedatangan para dewa, dengan kerumunan besar peziarah yang datang.
Nama Besakih berasal dari kata Basuki, bahasa lama dari bahasa Sanskerta Wasuki, dan kemudian menjadi Bahasa Jawa Kuno. Dalam bahasa Sanskerta ini, Basuki berarti selamat. Dalam mitologi Samudramanthana disebutkan bahwa Basuki adalah seekor naga yang melingkari Gunung Mandara. Omission ini berasal dari tradisi megalitik yang menunjukkan bahwa tempat ini harus disucikan. Sepertinya, pura Besakih berasal dari zaman sangat kuno yang jauh sebelum pengaruh Hinduisme ada. Kemudian, raja Bali kuno Sri Kesari Warmadewa menemukan Candi Merajan Selonding di area kompleks candi ini. Beliau juga memerintahkan pembangunan Monumen Blanjong yang berada di Desa Sanur. Kompleks pura Besakih dibangun berdasarkan keseimbangan kosmos. Ini didasarkan pada konsepsi alam yang menyebarluaskan kompleks candi mendasar yang disusun sesuai dengan arah jalan. Jadi, bangunan ini dapat mewakili alam sebagai simbol keberadaan keseimbangan dunia.
Seperti yang kita kenal, arah jalan seperti Timur, Selatan, Barat, Utara, dan tengah sebagai titik pusat dan setiap arah dinamai Mandala. Dalam filsafat Hindu, Panca Dewata adalah manifestasi dari Dewa Siwa. Seperti Candi Penataran Agung sebagai pusat, kita menemukan konsepsi halaman depannya menunjukkan konsepsi solidaritas antara budaya Indonesia asli yaitu tradisi megalitik dalam bentuk Punden Berundak-undak dengan konsep Hinduisme. Omission kuno yang ada di kompleks pura Besakih dapat diklasifikasikan ke dalam 2 jenis, yakni omission yang berkaitan dengan tradisi megalitik dan era klasik. Pura Besakih selain sebagai tempat pemujaan bagi umat Hindu di Bali, juga merupakan tujuan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan.
0/5